Pada saatnya semua manusia akan meraih kebahagiannya, dan dunia akan tersenyum menyambutnya
Minggu, 26 Mei 2013
Cahaya Pagi :)
hari ini, Menemukan kembali seberkas cinta yang terlanjur mati
Pagi mentari,
Semoga kau sampaikan salam ini padanya yang disana...
Tentang perasaan hati, Yang begitu tulus berikan kesucian cinta ini...
Pagi mentari.
Harapku kau terangi setiap lorong dalam hati, Hadirkan ia yang terlanjur mengisi hati,Jangan kau biarkan aku terluka kembali.Jangan kau biarkan aq berdiam kembali...
Pagi mentari,
Segenap rindu hanya padamu aku titipkan...
Ada cinta yang tak akan pernah terungkap adanya, Hingga nanti aku tak lagi menatapmu dikala pagi datang...
Makalah PPD
Tugas :
Kelompok
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
OLEH ;KELOMPOK 5
KLS:II.D
1.mardiyah natsir
2.rismayanti
3.risnawati abbas
4.sugiana
5.jamal
2.rismayanti
3.risnawati abbas
4.sugiana
5.jamal
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah – Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad
Saw. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah PPD(PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK).
Oleh karena itu kami sadar dalam
penyusunan laporan ini banyak terdapat kekurangan. Dengan kerendahan hati, kami
bersedia menerima kritik dan saran.Namun demikian, kami berharap laporan ini
dapat bermanfaat, khususnya bagi kami sendiri dan umumnya bagi pembaca
semuanya.
Makassar,
21 Mei 2013
Kelompok 5
Kelompok 5
DAFTAR
PUSTAKA
KATA PENGANTAR………………………………………………
DAFTAR ISI……...……………………...…………………….........
BAB I PENDAHULUAN
A.
LatarBelakang………………………………………………..
B.
Rumusan
Masalah……………………………………………
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan
Intelektual…………………………………....
B. Bakat
Khusus…………………………………………………
C. Perkembangan Sosial…………………………………………
D. PerkembanganBahasa………………………………………...
E. Perkembangan
Efektif ………………………………………………….
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………..
B. Kritik dan Saran… …………………………………………...
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………....
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
Perkembangan intelek sering juga dikenal di dunia psikologi maupun pendidikan dengan istilah perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif manusia merupakan proses psikologis yang didalamnya melibatkan proses memperoleh, menyusun dan menggunakan pengetahuan serta kegiatan mental seperti berfikir, menimbang, mengamati, mengingat, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan memecahkan persolan yang berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan.
Perkembangan intelek sering juga dikenal di dunia psikologi maupun pendidikan dengan istilah perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif manusia merupakan proses psikologis yang didalamnya melibatkan proses memperoleh, menyusun dan menggunakan pengetahuan serta kegiatan mental seperti berfikir, menimbang, mengamati, mengingat, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan memecahkan persolan yang berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan.
Kecerdasan
(intelegensi) individu berkembang sejalan dengan interaksi antara aspek perkembangan
yang satu dengan aspek perkembangan yang lainnya dan antara individu yang satu
dengan individu yang lainnya begitu juga dengan alamnya. Maka dengan itu
individu mempunyai kemampuan untuk belajar dan meningkatkan potensi kecerdasan
dasar yang dimiliki.
Kreativitas, menurut Guilford (1956),
dapat dinilai dari ciri-ciri aptitude seperti kelancaran, fleksibilitas dan
orisinalitas, maupun ciri-ciri non-aptitude, antara lain temperamen, motivasi,
serta komitmen menyelesaikan tugas dengan baik dan cermat. Dalam hal ini bakat
merupakan interseksi dari faktor bawaan dan pengaruh lingkungan. Jadi, apabila
seseorang terlahir dengan suatu bakat khusus, jika dididik dan dilatih, bakat
tersebut dapat berkembang dan dimanfaatkan secara optimal. Sebaliknya jika
dibiarkan saja tanpa pengarahan dan penguatan, bakat itu akan mati dan tak
berguna. Bakat adalah penggalian terus- menerus dan pemanfaatan seluruh
kapasitas otak secara bertanggung jawab untuk mewujudnyatakan berbagai hal yang
tidak itu-itu saja, atau sesuatu yang sudah telanjur dicap sebagai bakat yang
terbatas dan tidak mau berusaha.
B. Rumusan Masalah
B. Rumusan Masalah
1.Bagaimana makna intelek, hubungan intelek dan tingkah laku.
2. Bagaimana makna dan jenis-jenis bakas khusus.
3.Bagaimana perkembangan sosial di kalangan remaja
4.Apa saja karakteristik perkembanagn bahasa di kalangan remaja
5.Apa saja karakteristik perkembangan afektif
2. Bagaimana makna dan jenis-jenis bakas khusus.
3.Bagaimana perkembangan sosial di kalangan remaja
4.Apa saja karakteristik perkembanagn bahasa di kalangan remaja
5.Apa saja karakteristik perkembangan afektif
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami makna intelek, hubungan intelek dan tingkah laku.
2. Memahami makna dan jenis-jenis bakas khusus.
3. Mengetahui perkembangan sosial di kalangan remaja
4. Mengetahui karakteristik perkembangan bahasa remaja
5. Mengetahui karakteristik perkembangan afektif
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Intelektual
Masyarakat
umum mengenal intelektual sebagai istilah yang menggambarkan kecerdasan,
kepintaran,ataupun untuk memecahkan problem yang dihadapi (Azwar, 1996).
Karakteristik Perkembangan Intelektual Remaja
Intelegensi
pada masa remaja tidak mudah diukur, karena tidak mudah terlihat perubahan
kecepatan perkembangan kemampuan tersebut. Pada umumnya umur tiga sampai empat
tahun,pertama menunjukkan perkembangan kemampuan yang hebat, selanjutnya akan
terjadi perkembangan yang teratur. Pada masa remaja kemampuan untuk mengatasi
masalah yang majemuk bertambah. Pada awal masa remaja, kira-kira pada umur 12
tahun, anak berada pada masa yang disebut masa operasi formal (berpikir
abstrak). Pada masa ini remaja telah berpikir
dengan mempertimbangkan
hal yang “mungkin“ di samping hal yang “nyata” (Gleitman, 1986).
Berpikir
operasional-formal memiliki dua sifat yang penting, yaitu:
1. Sifat deduktif –
hipotesis
Dalam
menyelesaikan suatu masalah, seorang remaja akan mengawalinya dengan
berpikir teoritik. Ia
menganalisis masalah dan mengajukan cara penyelesaian hipotesis. Pada dasarnya
pengajuan hipotesis itu menggunakan cara berpikir induktif di samping deduktif.
Oleh sebab itu, sifat berpikir ini sebenarnya mencakup deduktif – induktif –
hipotesis.
2. Berpikir operasional juga berpikir kombinatoris
2. Berpikir operasional juga berpikir kombinatoris
Sifat ini merupakan
kelengkapan sifat yang pertama dan berhubungan dengan cara
bagaimana melakukan
analisis. Anak berpikir operasional formal terlebih dahulu secara teoritik
membuat matrik mengenai
macam-macam kombinasi yang mungkin, kemudian secara sistematik
mencoba mengisi sel
matriks tersebut secara empirik.
Aspek-aspek
Perkembangan Intelektual
Ada beberapa aspek
dalam perekemabangan intelektual pada usia kanak-kanak, yaitu:
1. Perkembangan
kognitif tahap operasi konkret Piaget
Menurut Piaget, anak
usia antara 5.- 7 tahun telah memasuki tahap operasi
konkret (concrete
operations), yaitu pada waktu anak dapat berpikir secara logis
mengenai segala
sesuatu. Pada umumnya mereka pada tahap ini berusia sampai kira-kira
11 tahun.
2. Berpikir operasional
Menurut
Piaget pada tahap ketiga, anak-anak mampn berpikir operasional.
Mereka dapat
menggunakan berbagai simbol, melakukan berbagai bentuk operasional,
yaitu kemampuan
aktivitas mental sebagai kebalikan dari aktivitas jasmani yang
merupakan dasar untuk
mulai berpikir dalam aktivitasnya. Walaupun anak-anak yang
praoperasional dapat
membuat pernyataan mental tentang obyek dan kejadian-kejadian
sekelipun tidak dapat
dalam seketika, cara belajar mereka masih terikat pada pengalaman
fisik.
Anak-anak
yang ada pada tahap operasional konkret lebih baik daripada anakanak yang
praoperasioial dalam mengadakan klasifikasi, bekerja dengan angka-angka.
mengetahui
konsep-konsep waktu dan ruang, dan dapat membedakan antara kenyataan
dengan hal-hal yang
bersifat fantasi. Mereka sadar bahwa pada umumnya berbagai
operasi fisik dapat
diganti. Peningkatan kemapanan mereka untuk mengeni terhadap
orang lain dapat
mendorong untuk berkomunikasi lebih efektif dan dapat berpikir lebih
fleksibel.
Akan tetapi anak-anak
usia sekolah lebih dapat berpikir secara logik daripada
waktu mereka masih
muda, cara berpikir mereka’masih terikat pada kenyataan atau kejadian pada
waktu sekarang, artinya terikat pada hal-hal yang sedang dihadapi saja.
Menurut Piaget kordisi
semacam ini berlaku jampai pada tahap berbagai operasi formal,
di mana biasanya sampai
pada tahap remaja, anak-anak mampu berpikir secara abstrak,
tes hipotesis, dan
mengerti tentang kemungkinan (probabilitas).
3. Konservasi
Konservasi
adalah salah satu kemampuan yang penting yang dapat
mengembangkan berbagai
operasi pada tahap konkret. Dengan kata lain konservasi
adalah kemampuan untuk
mengenal atau mengetahui bahwa dua bilangan yang sama
akan tetap sama dalam
substansi berat atau volume selama tidak ditambah atau dikurangi.
Dalam suatu tugas
konservasi tertentu, Stay menunjukkan dua bola dari tanah liat.
Dia setuju bahwa bola
tersebut mem.ang sama. Dia mengatakan bahwa substansi
konservasi tersebut
sekalipun bola yang satu digelindingkan, keadaannya tetap tidak
berubah, artinya jumlah
bola tersebut tetap sama. Dalam konservasi berat, dia juga
mengetahui bahwa berat
bola tersebut tetap sama sekalipun dipanaskan, demikian pula
apabila bola tersebut
dimasukkan ke dalam air, beratnya akan tetap sama. Anak-anak
mengembangkan perbedaan
berbagai tipe (bentuk) konservasi dalam waktu yang
berbeda. Pada usia 6
atau 7 tahun mereka dapat mengkonservasi substansi pada usia 9
atau 10 rr.ampu
mengkonservasi berat; dan pada usia 11 atau 12 mengkonservasi volume.
Pada dasarnya ketiga
jenis konservasi tersebut adalah identik, akan tetapi anakanak belum mampu
mentransfer apa yang mereka telah pelajari yaitu mengkonservasi
satu tipe (bentuk)
kepada bentuk lain yang berbeda. Dalam luibungan ini kita dapat
meliha; bahwa berbagai
alasan anak-anak tersebut tetap sarna dalam tahap konkret. Sebab
kondisi tersebut masih
tetap terikat pada situasi tertentu sehingga anak tidak dapat
mengaplikasikan operasi
dasar mental yang sama pada situasi yang berlainan.
4.Bagaimana konservasi
dikembangkan
Pada
umumnya anak-anak bergerak dengan melalui tiga tahapan dalam
menguasai konservasi
sebagaimana dikenukakan di atas. Pada tahap pertama, anak-anak
preoperasional gagal
mengkonservasi. Mereka memusatkan perhatian pada suatu aspek
dalam situasi tertentu.
Mereka belum mengerti bahwa tempat penyimpanan bola dapat
diisi dengan bola lebih
dari satu. Sebab anak-anak praoperasional tidak mengerti tentang konsep
perubahan, mereka tidak mengetahui dan tidak mengerti bahwa mereka dapat
merubah sesuatu,
misalnya dengan menggerakkan suatu benda (bola) tanpa inerubah
bentuknya.
Tahap kedua, merupakan
transisional. Anak-anak kembali pada kondisi bahwa
kadang-kadang
mengadakan konservasi namun kadang-kadang tidak melakukannya.
Mereka lebih banyak
memperhatikan berbagai hal dan tidak terpaku pada satu aspek saja
dalam situasi tertentu,
seperti berat, lebar. panjang, dan tebal akan tetapi mereka gagal
mengetahui sebagaimana
berbagai dimensi tersebut berhubungan satu sarna lain.
Pada tahap ketiga,
anak-anak dapat mengkonservasi dan dapat memberikan alasan secara
logis atas jawaban yang
mereka berikan. Alasan-alasan tersebut mengacu pada
perubahan, identitas,
atau kompensasi. Jadi anak-annk pada operasional konkret
menunjukkan suatu
kualitas konitif lebih lanjut daripada anak-anak praoperasional.
Mereka dapat berpikir
lebih luas dan peduli pada berbagai transformasi yang hanya
merupakan persepsi.
Piaget menekankan bahwa
perkembangan kemampuan anak-anak untuk
mengkonservasi akan
lebih baik apabila secara nalar telah cukup matang. Piaget
berpendapat bahwa
konservasi hanya sedikit sekali dapat dipengaruhi oleh pengalaman.
Sekalipun demikian
terdapat faktor-faktor lain dari kematangan yang dapat
mempengaruhi
konservasi. Anak-anak yang belajar konservasi sejak dini akan mampu
mencapai tingkat yang
lebih dalam hal: IQ, kemampuan verbal dan tidak didominasi oleh
ibunya.
Tahap-tahap
Perkembangan Intelektual (Kognitif)
Auguste
Comte (1798-1857) dalam bukunya "Cours De Philosophie Positive"
menyebutkan bahwa ada
tiga tahapan dalam perkembangan intelektual yang masingmasing merupakan tahapan
dari perkembangan sebelumnya, antara lain:
1. Tahap teologis
adalah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia
mempunyai jiwa dan itu
disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada di atas manusia.
2. Tahap metafisis pada
tahap ini manusia menganggap bahwa didalam setiap gejala
terdapat
kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan.
Oleh karena adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu
realitas tertentu dan
tidak ada usaha untuk menemukan hukum-hukum alam yang
seragam.
3. Tahap positif adalah
tahap dimana manusia mulai berpikir secara ilmiah.
Teori perkembangan
Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang perkembangan
kognitif sebagai suatu
proses di mana anak secara aktif membangun sistem makna dan
pemahaman realitas
melalui pengalaman-pengalaman dan iteraksi-interaksi mereka.
Menurut teori Piaget,
setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru
di lahirkan sampai
mengijak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan
kognitif. Empat tingkat
perkembangan kognitif itu adalah:
1. Tahap sensorimotor:
dari lahir hingga 2 tahun (anak mengalami dunianya melalui
gerak dan inderanya
serta mempelajari permanensi obyek)
2. Tahap
pra-operasional: dari 2 hingga 7 tahun (mulai memiliki kecakapan motorik)
3. Tahap operasional
konkret: dari 7 hingga 11 tahun (anak mulai berpikir secara logis
tentang
kejadian-kejadian konkret)
4. Tahap operasional
formal: setelah usia 11 tahun (perkembangan penalaran abstrak).
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Perkembangan Intelektual
Dalam
hubungannya dengan perkembangan intelegensi atau kemampuan berpikir
remaja, ada yang
berpandangan bahwa adalah suatu kekeliruan jika IQ dianggap bisa
ditingkatkan, yang
walaupun perkembangan IQ dipengaruhi antara lain oleh faktor-faktor
lingkungan. Menurut
Mappiare (1982), hal-hal yang mempengaruhi perkembangan
intelek, antara lain
bertambahnya informasi yang disimpan dalam otak seseorang
sehingga mampu berpikir
reflekstif, banyaknya pengalaman dan latihan-latihan
memecahkan masalah, dan
adanya perbedaan berpikir yang menimbulkan keberanian
seseorang dalam
menyusun hipotesis-hipotesis yang radikal, serta menunjang keberanian
anak memecahkan masalah
dan menarik kesimpulan yang baru dan benar.
Mengenai konstan
tidaknya intelegensi dalam waktu akhir-akhir ini masih
merupakan diskusi yang
terbuka. Dari hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa
intelegensi itu sama
sekali tidak sekonstan yang diduga sebelumnya. Penelitian longitudinal selama
40 tahun dalam Institut Fels menurut McCall, dkk (1973)
menunjukkan adanya
pertambahan rata-rata IQ sebanyak 28 butir amtara usia 5 dan 17
tahun yang berarti
kira-kira sama dengan usia pendidikan di sekolah atau dipekerjaan.
Selanjutnya ditemukan
bahwa perubahan-perubahan intra-individual dalam nilai
IQ lebih merupakan hal
yang umum (biasa) daripada pengecualian.
B. Bakat
Khusus
1. Bakat merupakan kemampuan bawaan,sebagai potensi yang masih perlu
dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud
2. Bakat tidaklah diturunkan semata,tetapi merupakan interaksi dari
faktor keturunan dan faktor lingkungan,artinya dibawa sejak lahir berupa potensi
dan berkembang melalui proses belajar,dan memiliki ciri khusus
3. Orang
yang berbakat dalam bidang tertentu diperkirakan akan mampu mencapai prstasi
tinggi dalam bidang itu.jadi prestasi sebagai perwujudan bakat dan kemampuan
4. Bakat
mencakup ciri-ciri lain yang dapat memberi kondisi atau suasana memungkinkan
bakat tersebut terealisasi,termasuk inteligensi,kepribadian,interes,dan
keterampilan khusus.”bakat adalah suatu kapasitas untuk belajar sesuatu” arti
kapasitas adalah potensi kemampuan untuk berembang
Bakat khusus juga memerlukan pengembangan yang harus
didorong dengan maksimal,agar seorang anak tersebut memiliki bakat yang
benar-banar berada dalam keahliannya,usaha-usaha yang dapat dilakukan orang tua
dan guru yaitu diantaranya memfasilitasi anak dengan apa-apa yang dibutuhkannya
dalam proses pengembangan bakatnya,misalnya seorang anak itu berbakat dalam
bernyanyi atau seni musik,maka orang tuanya bisa membelikan alat-alat musik
yang di butuhkan anaknya atau dengan memberinya les vokal dan
sebagainya.
C. Perkembangan Sosial
Pengertian perkembangan sosial adalah sebuah proses interaksi yang
dibangun oleh seseorang dengan orang lain. Perkembangan sosial ini berupa
jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman
bermain, hingga masyarakat secara luas. Perkembangan sosial adalah proses
belajar mengenal normal dan peraturan dalam sebuah komunitas. Manusia akan
selalu hidup dalam kelompok, sehingga perkembangan sosial adalah mutlak bagi
setiap orang untuk di pelajari, beradaptasi dan menyesuaikan diri.
Perkembangan emosional adalah luapan perasaan ketiak anak
berinteraksi dengan orang lain. Dengan demikian dapat dipahami bahwa
perkembangan sosial emosional tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain membahas
perkembangan sosial harus melibatkan emosional.
Pengertian
perkembangan sosial menurut beberapa ahli
Perkembangan sosial adalah kemajuan yang progresif
melalui kegiatan yang terarah dari individu
dalam pemahaman atas warisan sosial dan formasi pola tingkah lakunya yang
luwes. Hal itu disebabkan oleh adanya kesesuaian yang layak antara dirinya
dengan warisan sosial itu.
Menurut Elizabeth B. Hurlock, perkembangan
sosial adalah kemampuan seseorang dalam bersikap atau tata cara perilakunya
dalam berinteraksi dengan unsur sosialisasi di masyarakat.
Singgih D Gunarsah, perkembangan sosial
merupakan kegiatan manusia sejak lahir, dewasa, sampai akhir hidupnya akan
terus melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya yang menyangkut
norma-norma dan sosial budaya masyarakatnya.
Abu Ahmadi, berpendapat bahwa perkembangan
sosial telah dimulai sejak manusia itu lahir. Sebagai contoh, anak menangis
saat dilahirkan, atau anak tersenyum saat disapa. Hal ini membuktikan adanya
interaksi sosial antara anak dan lingkungannya.
Jadi, dapat diartikan bahwa perkembangan
sosial akan menekankan perhatiannya kepada pertumbuhan yang bersifat progresif.
Seorang individu yang lebih besar tidak bersifat statis dalam pergaulannya,
karena dirangsang oleh lingkungan sosial, adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan
kelompok dimana ia sebagai salah satu anggota kelompoknya.
D.
Perkembangan Bahasa
Perkembangan adalah
perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan. Perubahan itu dapat terjadi
secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh dan
kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara konkret menjadi
abstrak.
Sedangkan yang dimaksud dengan
bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh seorang dalam
pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. Bahasa merupakan
alat bergaul. Oleh karena itu penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seorang
individu memerlukan berkomunikasi dengan orang lain. Sejak seorang bayi mulai
berkomunikasi dengan orang lain, sejak itu pula bahasa diperlukan.
Sejalan dengan perkembangan hubungan sosial, maka perkembangan bahasa seorang
dimulai dengan meraba (suara atau bunyi tanpa arti) dan diikuti dengan bahasa
atau suku kata, dua suku kata, menyusun kalimat sederhana dan seterusnya
melakukan sosialisasi dengan menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan
tingkat perilaku sosial.
Bahasa juga merupakan
kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini, tercakup
semua cara untuk berkomunikasi, di mana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam
bentuk lambang atau symbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian, seperti
dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan, dan mimik muka.
Bahasa merupakan faktor hakiki yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa
sangat erat kaitannya dengan perkembangan pikir individu. Perkembangan pikiran
individu tampak dalam perkembangan bahasanya yaitu kemampuan membentuk pengertian,
menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan.
Dan kata “remaja”
berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow
maturity. Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi
usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja
menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16
atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh
Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi
perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.
Remaja merupakan masa antara
kanak-kanak dan dewasa. Remaja juga terjadi proses perkembangan meliputi
perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga
terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana
pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.
Transisi perkembangan pada masa
remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun
sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai. Bagian dari masa kanak-kanak itu
antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus
bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan
semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang
ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak.
2. Karakteristik Perkembangan
Bahasa Remaja
Bahasa remaja adalah
bahasa yang telah berkembang ia telah banyak belajar dari lingkungan, dan
dengan demikian bahasa remaja terbentuk dari kondisi lingkungan. Lingkungan
remaja mencakup lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya pergaulan teman
sebaya, dan lingkungan sekolah. Pola bahasa yang dimiliki adalah bahasa yang
berkembang di dalam keluarga atau bahasa itu.
Perkembangan bahasa remaja
dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal. Hal
ini berarti pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan masyarakat
sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku bahasa. Bersamaan dengan kehidupannya
di dalam masyarakat luas,
anak (remaja) mengkutip proses belajar
disekolah. Sebagaimana diketahui, dilembaga pendidikan diberikan rangsangan
yang terarah sesuai dengan kaidah-kaedah yang benar. Proses pendidikan bukan
memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan semata, tetapi juga
secara berencana merekayasa perkembangan sistem budaya, termasuk perilaku
berbahasa. Pengaruh pergaulan di dalam masyarakat (teman sebaya) terkadang
cukup menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi lebih diwarnai pola
bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya. Dari kelompok itu
berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok yang bentuknya amat khusus, seperti
istilah baceman dikalangan pelajar yang dimaksudkan adalah bocoran soal ulangan
atau tes. Bahasa prokem terutama secara khusus untuk kepentingan khusus pula.
Pengaruh lingkungan yang berbeda
antara keluarga masyarakat, dan sekolah dalam perkembangan bahasa, akan
menyebabkan perbedaan antara anak yang satu dengan yang lain. Hal ini
ditunjukkan oleh pilihan dan penggunaan kosakata sesuai dengan tingkat
sosial keluarganya. Keluarga dari masyarakat lapisan pendidikan rendah atau
buta huruf, akan banyak menggunakan bahasa pasar, bahasa sembarangan, dengan
istilah-istilah yang kasar. Masyarakat terdidik yang pada umumnya
memiliki status sosial lebih baik, menggunakan istilah-istilah lebih selektif
dan umumnya anak-anak remajanya juga berbahasa lebih baik.
Ragam bahasa remaja memiliki ciri
khusus, singkat, lincah dan kreatif. Kata-kata yang digunakan cenderung pendek,
sementara kata yang agak panjang akan diperpendek melalui proses morfologi atau
menggantinya dengan kata yang lebih pendek seperti ‘permainan diganti dengan
mainan, pekerjaan diganti dengan kerjaan.
Kalimat-kalimat yang digunakan
kebanyakan berstruktur kalimat tunggal. Bentuk-bentuk elip juga banyak
digunakan untuk membuat susunan kalimat menjadi lebih pendek sehingga
seringkali dijumpai kalimat-kalimat yang tidak lengkap. Dengan menggunakan
struktur yang pendek, pengungkapan makna menjadi lebih cepat yang sering
membuat pendengar yang bukan penutur asli bahasa Indonesia mengalami kesulitan
untuk memahaminya. Kita bisa mendengar bagaimana bahasa remaja ini dibuat
begitu singkat tetapi sangat komunikatif.
Karakteristik perkembangan bahasa
remaja sesungguhnya didukung oleh perkembangan kognitif yang menurut Jean
Piaget telah mencapai tahap operasional formal. Sejalan dengan perkembangan
kognitifnya, remaja mulai mampu mrngaplikasikan prinsip-prinsip berpikir formal
atau berpikir ilmiah secara baik pada setiap situasi dan telah mengalami
peningkatan kemampuan dalam menyusun pola hubungan secara komperhensif,
membandingkan secara kritis antara fakta dan asumsi dengan mengurangi
penggunaan symbol-simbol dan terminologi konkret dalam mengomunikasikannya.
Sejalan perkembangan psikis remaja
yang berada pada fase pencarian jati diri, ada tahapan kemampuan berbahasa pada
remaja yang berbeda dari tahap-tahap sebelum atau sesudahnya yang kadang-kadang
menyimpang dari norma umum seperti munculnya istilah-istilah khusus di kalangan
remaja. Karakteristik psikologis khas remaja seringkali mendorong remaja
membangun dan memiliki bahasa relatif berbeda dan bahkan khas untuk kalangan
remaja sendiri, sampai-sampai tidak jarang orang di luar kalangan remaja kesulitan
memahaminya. Dalam perkembangan masyarakat modern sekarang ini, di kota-kota
besar bahkan berkembang pesat bahasa khas remaja yang sering dikenal dengan
bahasa gaul. Bahkan karena pesatnya perkembangan bahasa gaul ini dan untuk
membantu kalangan diuluat remaja memahami bahasa mereka, Debby Sahertian (2000)
telah menyusun dan menertibkan sebuah kamus khas remaja yang disebut dengan
“Kamus Bahasa Gaul”. Dalam kamus itu tertera sekian ribu bahasa gaul yang
menjadi bahasa khas remaja yang jika kita pelajari sangat berbeda dengan bahasa
pada umumnya. Kalangan remaja justru sangat akrab dan sangat memahami bahasa
gaul serta merasa lebih aman jika berkomunikasi dengan sesama remaja
menggunakan bahasa gaul.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan bahasa
Berbahasa terkait erat dengan
kondisi pergaulan. Oleh karena itu perkembangannya dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
a) Umur anak
Manusia bertambah umur akan semakin
matang pertumbuhan fisiknya, bertambahnya pengalaman, dan meningkatkan kebutuhan.
Bahasa seseorang akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan
kebutuhannya. Faktor fisik ikut mempengaruhi sehubungan semakin sempurnanya
pertumbuhan organ bicara, kerja otot-otot untuk melakukan gerakan-gerakan dan
isyarat. Pada masa remaja perkembangan biologis yang menunjang kemampuan
berbahasa telah mencapai tingkat kesempurnaan, dengan dibarengi oleh
perkembangan tingkat intelektual, anak akan mampu menunjukkan cara
berkomunikasi dengan baik.
b) Kondisi lingkungan
Lingkungan tempat anak tumbuh dan
berkembang memberi andil untuk cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa
dilingkungan perkotaan akan berbeda dengan dilingkungan pedesaan. Begitu pula
perkembangan bahasa di daerah pantai, pegunungan dan daerah-daerah terpencil
menunjukkan perbedaan.
Pada dasarnya bahasa
dipelajari dari lingkungan. Lingkungan yang dimaksud termasuk lingkungan
pergaulan dalam kelompok, seperti kelompok bermain, kelompok kerja, dan
kelompok sosial lainnya.
c) Kecerdasan anak
Untuk meniru bunyi atau suara,
gerakan dan mengenal tanda-tanda, memerlukan kemampuan motorik yang baik.
Kemampuan intelektual atau tingkat berpikir. Ketepatan meniru, memproduksi
perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan menyusun kalimat dengan baik
dan memahami atau menangkap maksud suatu pernyataan fisik lain, amat
dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang anak.
d) Status sosial ekonomi keluarga
Keluarga yang berstatus sosial
ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan bahasa
anak-anak dengan anggota keluarganya. Rangsangan untuk dapat ditiru oleh
anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial tinggi berbeda dengan
keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal ini akan tampak perbedaan
perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga terdidik dan tidak
terdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga berpengaruh terhadap
perkembangan bahasa.
e) Kondisi fisik
Kondisi fisik di sini kesehatan
anak. Seseorang yang cacat yang terganggu kemampuannya untuk
berkomunikasi, seperti bisu, tuli, gagap, dan organ suara tidak sempurna akan
mengganggu perkembangan alam berbahasa.
4. Pengaruh Kemampuan Berbahasa
Terhadap Kemampuan Berpikir
Perkembangan bahasa
terkait dengan perkembangan kognitif yang berarti faktor intelek/kognisi sangat
berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Bayi yang tingkat
intelektualnya belum berkembang dan masih sangat sederhana, bahasa yang
digunakannya juga sangat sederhana. Semakin bayi itu tumbuh dan berkembang serta
mulai mampu memahami lingkungan, maka bahasa mulai berkembang dari tingkat yang
sangat sederhana menuju ke bahasa yang kompleks.
Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh
lingkungan, karena bahasa pada dasarnya merupakan hasil belajar dari
lingkungan. Anak (bayi) belajar bahasa seperti halnya belajar hal yang lain,
meniru dan mengulang hasil yang telah didapatkan merupakan cara belajar
bahasa awal. Bayi belajar menambah kata-kata dengan meniru bunyi-bunyi yang
didengarnya. Manusia dewasa (terutama ibunya) disekelilingnya membetulkan dan
memperjelas. Belajar bahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak berusia
enam sampai tujuh tahun, disaat anak mulai bersekolah. Jadi perkembangan
bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat
komunikasi dengan cara lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan
isyarat. Mampu dan menguasai alat komunikasi di sini diartikan sebagai upaya
seseorang untuk dapat memahami dan dipahami orang lain.
Kemampuan berbahasa dan kemampuan
berpikir saling mempengaruhi satu sama lain. Bahwa kemampuan berpikir
berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan sebaliknya kemampuan berbahasa
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir. Seseorang rendah kemampuan
berpikirnya, akan mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik, logis
dan sistematis. Hal ini akan berakibat sulitnya berkomunikasi.
Bersosialisasi berarti melakukan
konteks dengan yang lain. seseorang menyampaikan ide dan gagasannya dengan
berbahasa dan menangkap ide dan gagasan orang lain melalui bahasa. Menyampaikan
dan mengambil makna ide dan gagasan itu merupakan proses berpikir yang abstrak.
Ketidaktepatan menangkap arti bahasa akan berakibat ketidaktepatan dan
kekaburan persepsi yang diperolehnya. Akibat lebih lanjut adalah bahwa
hasil proses berpikir menjadi tidak tepat benar. Ketidaktepatan hasil
pemprosesan pikir ini diakibatkan kekurangmampuan dalam bahasa.
5. Perbedaan Individual
dalam Kemampuan dan Perkembangan Bahasa
Menurut Chomsky
(Woolfolk, dkk. 1984) anak dilahirkan ke dunia telah memiliki kapasitas
berbahasa. Akan tetapi seperti dalam bidang yang lain, faktor lingkungan akan
mengambil peranan yang cukup menonjol, mempengaruhi perkembangan bahasa anak
tersebut. Mereka belajar makna kata dan bahasa sesuai dengan apa yang
mereka dengar, lihat dan mereka hayati dalam hidupnya sehari-hari. Perkembangan
bahasa anak terbentuk oleh lingkungan yang berbeda-beda.
Berpikir dan berbahasa
mempunyai korelasi tinggi; anak dengan IQ tinggi akan berkemampuan bahasa
yang tinggi. Sebaran nilai IQ menggambarkan adanya perbedaan individual anak,
dan dengan demikian kemampuan mereka dalam bahasa juga bervariasi sesuai dengan
varasi kemampuan mereka berpikir.
Bahasa berkembang dipengaruhi oleh
faktor lingkungan, karena kekayaan lingkungan akan merupakan pendukung bagi
perkembangan peristilahan yang sebagian besar dicapai dengan proses meniru.
Dengan demikian remaja yang berasal dari lingkungan yang berbeda juga
akan berbeda-beda pula kemampuan dan perkembangan bahasanya.
6. Upaya pengembangan
kemampuan bahasa remaja dan implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan
Kelas atau kelompok
belajar terdiri dari siswa yang bervariasi bahasanya, baik kemampuannya maupun
polanya. Menghadapi hal ini guru harus mengembangkan strategi belajar-mengajar
bidang bahasa dengan memfokuskan pada potensi dan kemampuan anak.
Pertama, anak perlu melakukan
pengulangan (menceritakan kembali) pelajaran yang telah diberikan dengan kata
dan bahasa yang disusun oleh murid-murid sendiri. Dengan cara ini senantiasa
guru dapat melakukan identifikasi tentang pola dan tingkat kemampuan bahasa
murid-muridnya.
Kedua, berdasar hasil
identifikasi itu guru melakukan pengembangan bahasa murid dengan menambahkan
perbendaharaan bahasa lingkungan yang telah dipilih secara tepat dan
benar oleh guru. Cerita murid tentang isi pelajaran yang telah dipercaya itu
diperluas untuk langkah-langkah selanjutnya, sehingga para murid mampu menyusun
cerita lebih komprehensif tentang isi bacaan yang telah dipelajari dengan
menggunakan pola bahasa mereka sendiri.
Perkembangan bahasa yang menggunakan
model pengekspresian secara mandiri, baik lisan maupun tertulis, dengan
mendasarkan pada bahan bacaan akan lebih mengembangkan kemampuan bahasa anak
membentuk pola bahasa masing-masing. Dalam penggunaan model ini guru harus
banyak memberikan rangsangan dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi
bebas. Dalam pada itu sarana perkembangan bahasa seperti buku-buku, surat
kabar, majalah, dan lain-lainnya hendaknya disediakan di sekolah maupun dirumah.
E. Perkembangan Afektif
Afektif
mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh setiap peserta didik, yang juga
perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran. Pemahaman guru tentang
perkembangan afektif siswa sangat penting untuk keberhasilan belajarnya. Asfek
afektif tersebut dapat terlihat selama proses pembelajaran, terutama ketika
siswa bekerja berkelompok.
Pengertian Emosi
Rasa dan perasaan
merupakan salah satu potensi yang khusus dimiliki oleh manusia. Emosi merupakan
gejala perasaan disertai dengan perubahan atau perilaku fisik seperti marah
yang ditunjukan dengan teriakan suara keras atau tingkah laku yang lain (Sitti
Hartina: 2008).
Emosi adalah
perasaan-perasaan yang menjadi lebih mendalam, lebih luas dan lebih terarah
(Sarlito, 1982:59). Berbagai macam emosi contohnya: gambira, cinta, marah,
takut, cemas dan benci.
Pengertian lain dari
emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan
fisik. Pada saat terjadi emosi seringkali terjadi perubahan-perubahan pada
fisik antara lain berupa:
·
Reaksi elektris pada kulit meningkat
apabila terpesona.
·
Peredaran darah menjadi bertambah cepat
apabila sedang marah.
·
Denyut jantung bertambah cepat apabila
merasa terkejut.
·
Bernapas panjang dan kaku apabila merasa
kecewa.
·
Pupil mata membesar apabila sedang
marah.
·
Liur mengering kaku saat merasa takut
dan tegang.
·
Bulu roma berdiri kaku saat merasa
takut.
·
Mengalami gangguan pencernaan atau diare
saat merasa tegang.
·
Otot akan menegang atau bergetar (tremora)
apabila dalam kondisi tegang atau ketakutan.
·
Komposisi darah akan ikut berubah karena
emosional yang menyebabkan kelenjar-kelenjar lebih aktif
2. Karakteristik
Perkembangan Emosi
a. Cinta atau kasih sayang
Faktor
penting dalam kehidupan remaja adalah kafasitasnya untuk mencintai orang lain
dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang lain. Seorang remaja akan
mengalami “jatuh cinta” didalam masa kehidupannya setelah mencapai belasan
tahun (Garrison, 1956:483). Para remaja yang berontak secara terang-terangan
dan nakal besar kemungkinan disebabkan oleh kurangnya rasa cinta dan dicintai
yang tidak disadari.
b. Gembira
Rasa
gembira akan dialami apabila segala sesuatunya berjalan dengan baik dan para
remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai sahabat atau
diterima cintanya.
c. Kemarahan dan permusuh
Dimana
kita ketahui bahwa dicintai dan mencintai adalah gejala emosi bagi perkembangan
pribadi yang sehat. Rasa marah juga penting dalam kehidupan, karena melalui
rasa marahnya seseorang tuntutannya sendiri dan pemilikan minat-minatnya
sendiri. Dalam upaya memahami remaja ada empat faktor yang sangat penting
sehubungan dengan rasa marah:
1. Adanya
kenyataan bahwa perasaan marah berhubungan dengan usaha manusia untuk memiliki
dirinya dan menjadi dirinya sendiri.
2. Pertimbangan
penting lainnya ialah ketika individu mencapai masa remaja, dia tidak hanya
merupakan subjek kemarahan yang berkembang dan kemudian menjadi surut tapi juga
mempunyai sikap-sikap dimana ada sisa kemarahan masa lalu.
3. Seringkali
perasaan marah segaja disembunyikan dan seringkali samar-samar.
4. Kemarahan
mungkin berbalik pada dirinya sendiri.
d. Ketakutan dan kecemasan
Menjelang
anak mencapai masa remaja, dia telah mengalami serangkaian perkembangan panjang
yang mempengaruhi pasang surut berkenaan dengan rasa ketakutannya. Biehler
membagi ciri-ciri emosional remaja menjadi dua rentang usia:
1. Remaja rentang
usia 12-15
Pada
masa ini terjadi perubahan jasmani yang sangat cepat, yaitu dengan mulai
tumbuhnya ciri-ciri keremajaan yang terkait dengan matangnya organ-organ seks.
Perumbuhan fisik yang terkait dengan seksual ini mengakibatkan terjadinya
kegoncangan emosi, kecemasan, dan kekawatiran pada diri remaja. Bahkan kondisi
ini dapat mempengaruhi kesadaran beragamanya, apalagi jika remaja kurang
mendapatkan pengalaman atau pendidikan agama sebelumnya. Remaja cenderungskeptis (acuh
tak acuh dan cuek) sehingga malas dan enggan melakukan berbagai ritual
keagamaan, seperti sholat.
Ciri-ciri
emosional remaja pada usia 12-15 tahun (Biehlier:1972):
·
Pada usia ini seorang siswa atau anak
lebih banyak murung dan tidak dapat diterka.
·
Siswa mungkin bertingkah laku kasar
untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri
·
Ledakan-ledakan kemarahan bisa terjadi.
·
Seorang remaja cenderung tidak toleran
terhadap orang lain.
·
Siswa-siswa mulai mengamati orang tua
dan guru-guru mereka secara objektif dan mungkin marah apabila mereka ditipu
dengan gaya guru yang bersikap serba tahu (maha tahu).
·
2. Remaja rentang usia 15-18
Ciri-ciri emosional remaja pada usia 15-18 tahun:
·
rontakan remaja merupakan
pernyataan-pernyataan atau ekspresi perubahan yang universal dari masa
kanak-kanak ke dewasa.
·
Karena bertambahnya kebebasan mereka,
banyak remaja yang mengalami konflik dengan orang tua mereka.
·
Siswa pada usia ini sering melamun,
memikirkan masa depan mereka.
3. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perkembangan Emosi
Pada
dasarnya, pola perkembangan emosi remaja sama dengan pola emosi masa
kanak-kanak, hanya saja penyebab muncul dan memuncaknya emosi yang berbeda.
Pada masa anak-anak, ledakan lebih banyak disebabkan olen hal-hal yang bersifat
materil kongkret, sedangkan pada masa remaja penyebabnya bersifat abstrak,
misalnya menjadi marah jika dikatakan sebagai kanak-kanak, merasa diperlakukan
tidak adil atau ditolak cintanya. Pelampiasan emosi pada remaja tidak lagi
dalam bentuk yang meledak-ledak dan tidak terkendali seperti menangis keras
atau bergulung-gulung, tetapi lebih terlihat dalam gerakan tubuh yang ekspresif,
tidak mau bicara atau melakukan kritik terhadap objek penyebab. Perilaku
semacam ini disebabkan oleh mulai adanya pengendalian emosi yang dilakukan
remaja dan biasanya tercapai kematangan emosional pada akhir masa remaja
(Sitti Hartina:2008).
Sejumlah
penelitian tentang emosi anak menunjukan bahwa perkembangan emosi mereka
bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock, 1960:266).
Metode belajar yang
menunjang perkembangan emosi antara lain:
1. Belajar dengan coba-coba
Anak
belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang
memberikan pemuasan terbesar kepadanya, dan menolak perilaku yang memberikan
pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan.
2. Belajar dengan cara
meniru
Dengan
cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak-anak bereaksi
dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati.
3. Belajar dengan
dengan cara mempersamakan diri
Dengan cara mengamati
hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak-anak bereaksi dengan emosi
dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati.
4. Belajar melalui
pengkondisian.
5. Pelatihan atau belajar
dibawah bimbingan pengawasan terbatas pada asfek reaksi.
4. Hubungan
Antara Emosi Tingkah Laku serta Pengaruh Emosi Terhadap Tingkah Laku
Rasa
takut atau marah, kegembiraan yang berlebihan, kecemasan-kecemasan, dan
kekuatiran-kekuatiran dapat menyebabkan menurunnya kegiatan sistem pencernaan
dan kadang-kadang menyebabkan sembelit. Satu-satunya cara penyembuhan yang
efektif adalah menghilangkan penyebab dari tegangan emosi tersebut. Gangguan
emosi juga dapat menjadi penyebab kesulitan berbicara. Reaksi kita terhadap
orang lain juga merangsang timbulnya emosi. Berbeda orang yang kita temui maka
berbeda pula respon yang kita berikan, sehingga merangsang munculnya emosi yang
berbeda pula.
Seorang
siswa tidak senang pada gurunya bukan karena pribadi guru, tapi mungkin karena
situasi belajar di kelas. Jika siswa pernah merasa malu karena gagal dalam
menghafal di muka kelas, pada kesempatan berikutnya ia mungkin takut untuk
berpartisifasi atau bahkan memilih untuk bolos.
Reaksi
setiap pelajar tidak sama, maka rangsangan yang diberikan juga harus berbeda
sesuai dengan kondisi anak. Rangsangan yang diberikan juga akan menghasilkan
perasaan yang akan berpengaruh terhadap hasil belajar.
5. Perbedaan Individu
dalam Perkembangan Emosi
Meningkatnya
usia anak maka emosi juga diekspresikan dengan cara yang lebih lunak karena
mulai adanya pengendalian emosi yang dilakukan.
Ekpresi
emosional yang muncul juga berbeda-beda, ada yang cenderung mengekang atau
menyembunyikan emosinya dan ada pula yang mengekspresikannya secara terbuka.
Perbedaan ini bisa disebabkan oleh faktor fisik, taraf kemampuan intelektualnya,
dan juga oleh kondisi lingkungan. Misalnya, anak yang sehat cenderung kurang
emosional dibandingkan anak yang kurang sehat atau anak yang pandai beraksi
lebih emosional terhadap berbagai rangsangan dibandingkan anak yang kurang
pandai. Tetapi sebaliknya mereka juga pandai dalam menyembunyikan ekspresi
emosi mereka.
6. Upaya Pengembangan Emosi Remaja dan
Implikasinya dalam
Penyelenggaraan
pendidikan
Terdapat
berbagai cara mengendalikan lingkungan untuk menjamin pembinaan pola emosi yang
diinginkan dan menghilangkan reaksi-reaksi emosional yang tidak diinginkan
sebelum berkembang menjadi kebiasaan yang tertanam kuat, diantaranya:
1. Untuk
menghadapi remaja yang cenderung banyak melamun dan sulit diterka, maka guru
perlu memperlakukan siswa seperti orang dewasa yang penuh tanggung jawab.
2. Untuk
menghadapi mereka yang bertingkah laku kasar , guru dapat membantu dengan
mendorong mereka untuk bersaing dengan dirinya sendiri.
3. Apabila
ada ledakan-ledakan kemarahan sebaiknya guru segera mengecilkan ledakan emosi
tersebut dengan cara lemah lembut, mengubah pokok pembicaraan, dan memulai
aktifitas baru.
4. Bertambahnya
kebebasan remaja maka sikap pemberontaknya akan semakin mucul, salah satu cara
untuk mengatasinya adalah dengan meminta siswa menuliskan perasaan-perasaan
negatif mereka dan guru juga harus menghargai kebebasan individual mereka.
5. Masa
remaja adalah keadaan yang membingungkan, serba sulit dan sering muncul konflik
dengan orang tua sehingga siswa sering merasa bingung dan perlu menceritakan
penderitaannya, karena itulah guru diminta untuk menjadi pendengar yang
simpatik.
6. Ada
siswa yang hanya memiliki kecakapan terbatas tapi ”memimpikan kejayaan”, upaya
yang bisa dilakukan oleh guru untuk menghadapi siswa seperti ini adalah dengan
mendorongnya untuk berusaha namun tetap mengingatkan dia untuk menghadapi
kenyataan-kenyataan.
7. Kebanyakan
siswa menganggap remeh suatu pekerjaan tertentu, dalam hal ini guru perlu
meyakinkan siswa semua pekerjaan itu bermanfaat apabila dikerjakan dengan
sungguh-sungguh, hati-hati, dan bertanggung jawab.
B. Perkembangan nilai, Moral, dan Sikap
1. Pengertian dan
Saling Keterkaitan Antara Nilai, Moral, dan Sikap serta Pengaruhnya Terhadap
Tingkah Laku
Nilai-nilai
kehidupan adalah norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, misalnya adat
kebiasaan dan sopan santun.Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan
kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya. Moral sering dianggap sebagai
prinsip dan patokan yang berhubungan dengan masalah benar dan salah dalam
masyarakat tertentu, dapat pula diartikan sebagai perbuatan yang sesuai dengan
norma benar salah. Dengan demikian, moral merupakan kendali dalam bertingkah
laku yang membedakan antara perbuatan benar dan salah. Nilai-nilai kehidupan
sebagai norma dalam masyarakat senantiasa menyangkut persoalan antara baik dan
buruk, jadi berkaitan dengan moral. Sikap adalah kesiapan untuk bereaksi
terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek
tersebut atau kesediaan bereaksi individu terhadap sesuatu hal. Sikap mendasari
tingkah laku seseorang.
Dengan
demikian keterkaitan semuanya dapat disimpulkan bahwa, nilai-nilai perlu
dikenal terlebih dahulu, kemudian dihayati dan didorong oleh moral, baru akan
terbentuk sikap tertentu terhadap nilai-nilai tersebut dan pada akhirnya
terwujud tingkah laku sesuai dengan nilai yang dimaksud.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
1. SIMPULAN
A. Perkembangan Intelektual
Masyarakat umum mengenal intelektual sebagai istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran, ataupun untuk memecahkan problem yang dihadapi. Intelegensi pada masa remaja tidak mudah diukur, karena tidak mudah terlihat perubahan kecepatan perkembangan kemampuan tersebut. Pada umumnya umur tiga sampai empat tahun pertama menunjukkan perkembangan kemampuan yang hebat, selanjutnya akan terjadi perkembangan yang teratur. Pada masa remaja kemampuan untuk mengatasi masalah yang majemuk bertambah.
B. Bakat Khusus
. Bakat merupakan kemampuan bawaan,sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud.
-Bakat tidaklah diturunkan semata,tetapi merupakan
interaksi dari faktor keturunan dan faktor lingkungan,artinya dibawa sejak
lahir berupa potensi dan berkembang melalui proses belajar,dan memiliki ciri
khusus.
-Bakat mencakup ciri-ciri lain yang dapat memberi kondisi
atau suasana memungkinkan bakat tersebut terealisasi,termasuk
inteligensi,kepribadian,interes,dan keterampilan khusus.”bakat adalah suatu
kapasitas untuk belajar sesuatu” arti kapasitas adalah potensi kemampuan untuk
berembang.
-Orang yang berbakat dalam bidang tertentu diperkirakan
akan mampu mencapai prstasi tinggi dalam bidang itu.jadi prestasi sebagai
perwujudan bakat dan kemampuan.
C. Perkembangan Sosial
Pengertian perkembangan sosial adalah sebuah proses interaksi yang dibangun oleh seseorang dengan orang lain. Perkembangan sosial ini berupa jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman bermain, hingga masyarakat secara luas. Perkembangan sosial adalah proses belajar mengenal normal dan peraturan dalam sebuah komunitas. Manusia akan selalu hidup dalam kelompok, sehingga perkembangan sosial adalah mutlak bagi setiap orang untuk di pelajari, beradaptasi dan menyesuaikan diri.
D. Perkembangan Bahasa
C. Perkembangan Sosial
Pengertian perkembangan sosial adalah sebuah proses interaksi yang dibangun oleh seseorang dengan orang lain. Perkembangan sosial ini berupa jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman bermain, hingga masyarakat secara luas. Perkembangan sosial adalah proses belajar mengenal normal dan peraturan dalam sebuah komunitas. Manusia akan selalu hidup dalam kelompok, sehingga perkembangan sosial adalah mutlak bagi setiap orang untuk di pelajari, beradaptasi dan menyesuaikan diri.
D. Perkembangan Bahasa
Perkembangan adalah
perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan. Perubahan itu dapat terjadi
secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh dan
kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara konkret menjadi
abstrak.
Sedangkan yang dimaksud
dengan bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh seorang dalam
pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. Bahasa merupakan
alat bergaul. Oleh karena itu penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seorang
individu memerlukan berkomunikasi dengan orang lain.
E. Perkembangan Efektif
Afektif mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh setiap peserta didik, yang juga perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran. Pemahaman guru tentang perkembangan afektif siswa sangat penting untuk keberhasilan belajarnya. Asfek afektif tersebut dapat terlihat selama proses pembelajaran, terutama ketika siswa bekerja berkelompok.
E. Perkembangan Efektif
Afektif mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh setiap peserta didik, yang juga perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran. Pemahaman guru tentang perkembangan afektif siswa sangat penting untuk keberhasilan belajarnya. Asfek afektif tersebut dapat terlihat selama proses pembelajaran, terutama ketika siswa bekerja berkelompok.
2. SARAN
Untuk meningkatkan bakat Intelektual, dan bakat khusus, serta perkembangan sosial,perkembangan bahasa, dan afektif sebaiknya kita memberikan asupan nilai-nilai kehidupan dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, misalnya adat kebiasaan dan sopan santun. Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya. Moral sering dianggap sebagai prinsip dan patokan yang berhubungan dengan masalah benar dan salah dalam masyarakat tertentu,di sini juga diharapkan agar dapat menyesuaikan dengan kehidupan lingkungan yang semakin meraja lela di kalangan masyarakat serta dibutuhkan dukungan dan dorongan penuh dari keluarga agar semua dapat terlaksana dengan baik dan sesuai yang diharapkan.
Untuk meningkatkan bakat Intelektual, dan bakat khusus, serta perkembangan sosial,perkembangan bahasa, dan afektif sebaiknya kita memberikan asupan nilai-nilai kehidupan dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, misalnya adat kebiasaan dan sopan santun. Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya. Moral sering dianggap sebagai prinsip dan patokan yang berhubungan dengan masalah benar dan salah dalam masyarakat tertentu,di sini juga diharapkan agar dapat menyesuaikan dengan kehidupan lingkungan yang semakin meraja lela di kalangan masyarakat serta dibutuhkan dukungan dan dorongan penuh dari keluarga agar semua dapat terlaksana dengan baik dan sesuai yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://pengantarpendidikan.files.wordpress.com/2011/02/perkembangan-intelektual.pdf
http://yusnan3.blogspot.com/
http://sriargarini.blogspot.com
http://mahasis-ta-wa.blogspot.com/2012/03/perkembangan-sosial-dan-bahasa-bab-i.html
http://tisna2008.wordpress.com/2009/05/26/perkembangan-sosial-dan-bahasa-remaja/
http://penytb.blogspot.com/2012/07/makalah-ppd-perkembangan-afektif_14.html
http://juwilda.wordpress.com/2010/10/08/perkembangan-afektif-perkembangan-peserta-didik/
http://yusnan3.blogspot.com/
http://sriargarini.blogspot.com
http://mahasis-ta-wa.blogspot.com/2012/03/perkembangan-sosial-dan-bahasa-bab-i.html
http://tisna2008.wordpress.com/2009/05/26/perkembangan-sosial-dan-bahasa-remaja/
http://penytb.blogspot.com/2012/07/makalah-ppd-perkembangan-afektif_14.html
http://juwilda.wordpress.com/2010/10/08/perkembangan-afektif-perkembangan-peserta-didik/
Langganan:
Postingan (Atom)