Minggu, 26 Mei 2013

Cahaya Pagi :)



hari ini, Menemukan kembali seberkas cinta yang terlanjur mati
Pagi mentari,
Semoga kau sampaikan salam ini padanya yang disana...
Tentang perasaan hati, Yang begitu tulus berikan kesucian cinta ini...

Pagi mentari.
Harapku kau terangi setiap lorong dalam hati, Hadirkan ia yang terlanjur mengisi hati,Jangan kau biarkan aku terluka kembali.Jangan kau biarkan aq berdiam kembali...

Pagi mentari,
Segenap rindu hanya padamu aku titipkan...
Ada cinta yang tak akan pernah terungkap adanya, Hingga nanti aku tak lagi menatapmu dikala pagi datang...

Makalah PPD

Tugas   : Kelompok

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


OLEH ;KELOMPOK 5
KLS:II.D
                                        1.mardiyah natsir
                                  2.rismayanti
                                  3.risnawati abbas
                                  4.sugiana
                                  5.jamal

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2013  


KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah – Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah PPD(PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK).
Oleh karena itu kami sadar dalam penyusunan laporan ini banyak terdapat kekurangan. Dengan kerendahan hati, kami bersedia menerima kritik dan saran.Namun demikian, kami berharap laporan ini dapat bermanfaat, khususnya bagi kami sendiri dan umumnya bagi pembaca semuanya.

Makassar, 21 Mei 2013

Kelompok 5  






                                                           
                           

                                                     



DAFTAR PUSTAKA


KATA PENGANTAR………………………………………………
DAFTAR ISI……...……………………...…………………….........

BAB I PENDAHULUAN
A.   LatarBelakang………………………………………………..
B.   Rumusan Masalah……………………………………………

BAB II PEMBAHASAN
A.   Perkembangan Intelektual…………………………………....
B.   Bakat Khusus…………………………………………………
C.   Perkembangan Sosial…………………………………………
D.   PerkembanganBahasa………………………………………...
E.    Perkembangan Efektif            ………………………………………………….

BAB III PENUTUP
A.   Kesimpulan…………………………………………………..
B.   Kritik dan Saran…        …………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………....









BAB I
PENDAHULUAN


A.Latar Belakang
           Perkembangan intelek sering juga dikenal di dunia psikologi maupun pendidikan dengan istilah perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif manusia merupakan proses psikologis yang didalamnya melibatkan proses memperoleh, menyusun dan menggunakan pengetahuan serta kegiatan mental seperti berfikir, menimbang, mengamati, mengingat, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan memecahkan persolan yang berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan.
          Kecerdasan (intelegensi) individu berkembang sejalan dengan interaksi antara aspek perkembangan yang satu dengan aspek perkembangan yang lainnya dan antara individu yang satu dengan individu yang lainnya begitu juga dengan alamnya. Maka dengan itu individu mempunyai kemampuan untuk belajar dan meningkatkan potensi kecerdasan dasar yang dimiliki.
          Kreativitas, menurut Guilford (1956), dapat dinilai dari ciri-ciri aptitude seperti kelancaran, fleksibilitas dan orisinalitas, maupun ciri-ciri non-aptitude, antara lain temperamen, motivasi, serta komitmen menyelesaikan tugas dengan baik dan cermat. Dalam hal ini bakat merupakan interseksi dari faktor bawaan dan pengaruh lingkungan. Jadi, apabila seseorang terlahir dengan suatu bakat khusus, jika dididik dan dilatih, bakat tersebut dapat berkembang dan dimanfaatkan secara optimal. Sebaliknya jika dibiarkan saja tanpa pengarahan dan penguatan, bakat itu akan mati dan tak berguna. Bakat adalah penggalian terus- menerus dan pemanfaatan seluruh kapasitas otak secara bertanggung jawab untuk mewujudnyatakan berbagai hal yang tidak itu-itu saja, atau sesuatu yang sudah telanjur dicap sebagai bakat yang terbatas dan tidak mau berusaha.

B.        Rumusan Masalah
1.Bagaimana makna intelek, hubungan intelek dan tingkah laku.
2. Bagaimana
makna dan jenis-jenis bakas khusus.
3.Bagaimana perkembangan sosial di kalangan remaja
4.Apa saja karakteristik perkembanagn bahasa di kalangan remaja
5.Apa saja karakteristik perkembangan afektif

C.        Tujuan Penulisan
           
1.  Memahami makna intelek, hubungan intelek dan tingkah laku.
            2.
   Memahami makna dan jenis-jenis bakas khusus.
            3.
Mengetahui perkembangan sosial di kalangan remaja
            4. Mengetahui karakteristik perkembangan bahasa remaja
            5. Mengetahui karakteristik perkembangan afektif
























BAB II
PEMBAHASAN

A.        Perkembangan Intelektual
Masyarakat umum mengenal intelektual sebagai istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran,ataupun untuk memecahkan problem yang dihadapi (Azwar, 1996).
 Karakteristik Perkembangan Intelektual Remaja
Intelegensi pada masa remaja tidak mudah diukur, karena tidak mudah terlihat perubahan kecepatan perkembangan kemampuan tersebut. Pada umumnya umur tiga sampai empat tahun,pertama menunjukkan perkembangan kemampuan yang hebat, selanjutnya akan terjadi perkembangan yang teratur. Pada masa remaja kemampuan untuk mengatasi masalah yang majemuk bertambah. Pada awal masa remaja, kira-kira pada umur 12 tahun, anak berada pada masa yang disebut masa operasi formal (berpikir abstrak). Pada masa ini remaja telah berpikir
dengan mempertimbangkan hal yang “mungkin“ di samping hal yang “nyata” (Gleitman, 1986).
Berpikir operasional-formal memiliki dua sifat yang penting, yaitu:
1. Sifat deduktif – hipotesis
Dalam menyelesaikan suatu masalah, seorang remaja akan mengawalinya dengan
berpikir teoritik. Ia menganalisis masalah dan mengajukan cara penyelesaian hipotesis. Pada dasarnya pengajuan hipotesis itu menggunakan cara berpikir induktif di samping deduktif. Oleh sebab itu, sifat berpikir ini sebenarnya mencakup deduktif – induktif – hipotesis.

2. Berpikir operasional juga berpikir kombinatoris
Sifat ini merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan berhubungan dengan cara
bagaimana melakukan analisis. Anak berpikir operasional formal terlebih dahulu secara teoritik
membuat matrik mengenai macam-macam kombinasi yang mungkin, kemudian secara sistematik
mencoba mengisi sel matriks tersebut secara empirik.



Aspek-aspek Perkembangan Intelektual
Ada beberapa aspek dalam perekemabangan intelektual pada usia kanak-kanak, yaitu:
1. Perkembangan kognitif tahap operasi konkret Piaget
Menurut Piaget, anak usia antara 5.- 7 tahun telah memasuki tahap operasi
konkret (concrete operations), yaitu pada waktu anak dapat berpikir secara logis
mengenai segala sesuatu. Pada umumnya mereka pada tahap ini berusia sampai kira-kira
11 tahun.                           
2. Berpikir operasional
Menurut Piaget pada tahap ketiga, anak-anak mampn berpikir operasional.
Mereka dapat menggunakan berbagai simbol, melakukan berbagai bentuk operasional,
yaitu kemampuan aktivitas mental sebagai kebalikan dari aktivitas jasmani yang
merupakan dasar untuk mulai berpikir dalam aktivitasnya. Walaupun anak-anak yang
praoperasional dapat membuat pernyataan mental tentang obyek dan kejadian-kejadian
sekelipun tidak dapat dalam seketika, cara belajar mereka masih terikat pada pengalaman
fisik.
Anak-anak yang ada pada tahap operasional konkret lebih baik daripada anakanak yang praoperasioial dalam mengadakan klasifikasi, bekerja dengan angka-angka.
mengetahui konsep-konsep waktu dan ruang, dan dapat membedakan antara kenyataan
dengan hal-hal yang bersifat fantasi. Mereka sadar bahwa pada umumnya berbagai
operasi fisik dapat diganti. Peningkatan kemapanan mereka untuk mengeni terhadap
orang lain dapat mendorong untuk berkomunikasi lebih efektif dan dapat berpikir lebih
fleksibel.
Akan tetapi anak-anak usia sekolah lebih dapat berpikir secara logik daripada
waktu mereka masih muda, cara berpikir mereka’masih terikat pada kenyataan atau kejadian pada waktu sekarang, artinya terikat pada hal-hal yang sedang dihadapi saja.
Menurut Piaget kordisi semacam ini berlaku jampai pada tahap berbagai operasi formal,
di mana biasanya sampai pada tahap remaja, anak-anak mampu berpikir secara abstrak,
tes hipotesis, dan mengerti tentang kemungkinan (probabilitas).



3. Konservasi
Konservasi adalah salah satu kemampuan yang penting yang dapat
mengembangkan berbagai operasi pada tahap konkret. Dengan kata lain konservasi
adalah kemampuan untuk mengenal atau mengetahui bahwa dua bilangan yang sama
akan tetap sama dalam substansi berat atau volume selama tidak ditambah atau dikurangi.
Dalam suatu tugas konservasi tertentu, Stay menunjukkan dua bola dari tanah liat.
Dia setuju bahwa bola tersebut mem.ang sama. Dia mengatakan bahwa substansi
konservasi tersebut sekalipun bola yang satu digelindingkan, keadaannya tetap tidak
berubah, artinya jumlah bola tersebut tetap sama. Dalam konservasi berat, dia juga
mengetahui bahwa berat bola tersebut tetap sama sekalipun dipanaskan, demikian pula
apabila bola tersebut dimasukkan ke dalam air, beratnya akan tetap sama. Anak-anak
mengembangkan perbedaan berbagai tipe (bentuk) konservasi dalam waktu yang
berbeda. Pada usia 6 atau 7 tahun mereka dapat mengkonservasi substansi pada usia 9
atau 10 rr.ampu mengkonservasi berat; dan pada usia 11 atau 12 mengkonservasi volume.
Pada dasarnya ketiga jenis konservasi tersebut adalah identik, akan tetapi anakanak belum mampu mentransfer apa yang mereka telah pelajari yaitu mengkonservasi
satu tipe (bentuk) kepada bentuk lain yang berbeda. Dalam luibungan ini kita dapat
meliha; bahwa berbagai alasan anak-anak tersebut tetap sarna dalam tahap konkret. Sebab
kondisi tersebut masih tetap terikat pada situasi tertentu sehingga anak tidak dapat
mengaplikasikan operasi dasar mental yang sama pada situasi yang berlainan.
4.Bagaimana konservasi dikembangkan
Pada umumnya anak-anak bergerak dengan melalui tiga tahapan dalam
menguasai konservasi sebagaimana dikenukakan di atas. Pada tahap pertama, anak-anak
preoperasional gagal mengkonservasi. Mereka memusatkan perhatian pada suatu aspek
dalam situasi tertentu. Mereka belum mengerti bahwa tempat penyimpanan bola dapat
diisi dengan bola lebih dari satu. Sebab anak-anak praoperasional tidak mengerti tentang konsep perubahan, mereka tidak mengetahui dan tidak mengerti bahwa mereka dapat
merubah sesuatu, misalnya dengan menggerakkan suatu benda (bola) tanpa inerubah
bentuknya.
Tahap kedua, merupakan transisional. Anak-anak kembali pada kondisi bahwa
kadang-kadang mengadakan konservasi namun kadang-kadang tidak melakukannya.
Mereka lebih banyak memperhatikan berbagai hal dan tidak terpaku pada satu aspek saja
dalam situasi tertentu, seperti berat, lebar. panjang, dan tebal akan tetapi mereka gagal
mengetahui sebagaimana berbagai dimensi tersebut berhubungan satu sarna lain.
Pada tahap ketiga, anak-anak dapat mengkonservasi dan dapat memberikan alasan secara
logis atas jawaban yang mereka berikan. Alasan-alasan tersebut mengacu pada
perubahan, identitas, atau kompensasi. Jadi anak-annk pada operasional konkret
menunjukkan suatu kualitas konitif lebih lanjut daripada anak-anak praoperasional.
Mereka dapat berpikir lebih luas dan peduli pada berbagai transformasi yang hanya
merupakan persepsi.
Piaget menekankan bahwa perkembangan kemampuan anak-anak untuk
mengkonservasi akan lebih baik apabila secara nalar telah cukup matang. Piaget
berpendapat bahwa konservasi hanya sedikit sekali dapat dipengaruhi oleh pengalaman.
Sekalipun demikian terdapat faktor-faktor lain dari kematangan yang dapat
mempengaruhi konservasi. Anak-anak yang belajar konservasi sejak dini akan mampu
mencapai tingkat yang lebih dalam hal: IQ, kemampuan verbal dan tidak didominasi oleh
ibunya.
 Tahap-tahap Perkembangan Intelektual (Kognitif)
Auguste Comte (1798-1857) dalam bukunya "Cours De Philosophie Positive"
menyebutkan bahwa ada tiga tahapan dalam perkembangan intelektual yang masingmasing merupakan tahapan dari perkembangan sebelumnya, antara lain:
1. Tahap teologis adalah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia
mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada di atas manusia.
2. Tahap metafisis pada tahap ini manusia menganggap bahwa didalam setiap gejala
terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan. Oleh karena adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu
realitas tertentu dan tidak ada usaha untuk menemukan hukum-hukum alam yang
seragam.
3. Tahap positif adalah tahap dimana manusia mulai berpikir secara ilmiah.
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang perkembangan
kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun sistem makna dan
pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan iteraksi-interaksi mereka.
Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru
di lahirkan sampai mengijak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan
kognitif. Empat tingkat perkembangan kognitif itu adalah:
1. Tahap sensorimotor: dari lahir hingga 2 tahun (anak mengalami dunianya melalui
gerak dan inderanya serta mempelajari permanensi obyek)
2. Tahap pra-operasional: dari 2 hingga 7 tahun (mulai memiliki kecakapan motorik)
3. Tahap operasional konkret: dari 7 hingga 11 tahun (anak mulai berpikir secara logis
tentang kejadian-kejadian konkret)
4. Tahap operasional formal: setelah usia 11 tahun (perkembangan penalaran abstrak).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Intelektual
Dalam hubungannya dengan perkembangan intelegensi atau kemampuan berpikir
remaja, ada yang berpandangan bahwa adalah suatu kekeliruan jika IQ dianggap bisa
ditingkatkan, yang walaupun perkembangan IQ dipengaruhi antara lain oleh faktor-faktor
lingkungan. Menurut Mappiare (1982), hal-hal yang mempengaruhi perkembangan
intelek, antara lain bertambahnya informasi yang disimpan dalam otak seseorang
sehingga mampu berpikir reflekstif, banyaknya pengalaman dan latihan-latihan
memecahkan masalah, dan adanya perbedaan berpikir yang menimbulkan keberanian
seseorang dalam menyusun hipotesis-hipotesis yang radikal, serta menunjang keberanian
anak memecahkan masalah dan menarik kesimpulan yang baru dan benar.
Mengenai konstan tidaknya intelegensi dalam waktu akhir-akhir ini masih
merupakan diskusi yang terbuka. Dari hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa
intelegensi itu sama sekali tidak sekonstan yang diduga sebelumnya. Penelitian longitudinal selama 40 tahun dalam Institut Fels menurut McCall, dkk (1973)
menunjukkan adanya pertambahan rata-rata IQ sebanyak 28 butir amtara usia 5 dan 17
tahun yang berarti kira-kira sama dengan usia pendidikan di sekolah atau dipekerjaan.
Selanjutnya ditemukan bahwa perubahan-perubahan intra-individual dalam nilai
IQ lebih merupakan hal yang umum (biasa) daripada pengecualian.




B.            Bakat Khusus
1. Bakat merupakan kemampuan bawaan,sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud
2. Bakat tidaklah diturunkan semata,tetapi merupakan interaksi dari faktor keturunan dan faktor lingkungan,artinya dibawa sejak lahir berupa potensi dan berkembang melalui proses belajar,dan memiliki ciri khusus
3. Orang yang berbakat dalam bidang tertentu diperkirakan akan mampu mencapai prstasi tinggi dalam bidang itu.jadi prestasi sebagai perwujudan bakat dan kemampuan
4. Bakat mencakup ciri-ciri lain yang dapat memberi kondisi atau suasana memungkinkan bakat tersebut terealisasi,termasuk inteligensi,kepribadian,interes,dan keterampilan khusus.”bakat adalah suatu kapasitas untuk belajar sesuatu” arti kapasitas adalah potensi kemampuan untuk berembang
Bakat khusus juga memerlukan pengembangan yang harus didorong dengan maksimal,agar seorang anak tersebut memiliki bakat yang benar-banar berada dalam keahliannya,usaha-usaha yang dapat dilakukan orang tua dan guru yaitu diantaranya memfasilitasi anak dengan apa-apa yang dibutuhkannya dalam proses pengembangan bakatnya,misalnya seorang anak itu berbakat dalam bernyanyi atau seni musik,maka orang tuanya bisa membelikan alat-alat musik yang di butuhkan anaknya atau dengan memberinya les vokal dan sebagainya.

C.    Perkembangan Sosial
Pengertian perkembangan sosial adalah sebuah proses interaksi yang dibangun oleh seseorang dengan orang lain. Perkembangan sosial ini berupa jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman bermain, hingga masyarakat secara luas. Perkembangan sosial adalah proses belajar mengenal normal dan peraturan dalam sebuah komunitas. Manusia akan selalu hidup dalam kelompok, sehingga perkembangan sosial adalah mutlak bagi setiap orang untuk di pelajari, beradaptasi dan menyesuaikan diri.
Perkembangan emosional adalah luapan perasaan ketiak anak berinteraksi dengan orang lain. Dengan demikian dapat dipahami bahwa perkembangan sosial emosional tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain membahas perkembangan sosial harus melibatkan emosional.


Pengertian perkembangan sosial menurut beberapa ahli
Perkembangan sosial adalah kemajuan yang progresif melalui kegiatan yang terarah dari individu dalam pemahaman atas warisan sosial dan formasi pola tingkah lakunya yang luwes. Hal itu disebabkan oleh adanya kesesuaian yang layak antara dirinya dengan warisan sosial itu.
Menurut Elizabeth B. Hurlock, perkembangan sosial adalah kemampuan seseorang dalam bersikap atau tata cara perilakunya dalam berinteraksi dengan unsur sosialisasi di masyarakat.
Singgih D Gunarsah, perkembangan sosial merupakan kegiatan manusia sejak lahir, dewasa, sampai akhir hidupnya akan terus melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya yang menyangkut norma-norma dan sosial budaya masyarakatnya.
Abu Ahmadi, berpendapat bahwa perkembangan sosial telah dimulai sejak manusia itu lahir. Sebagai contoh, anak menangis saat dilahirkan, atau anak tersenyum saat disapa. Hal ini membuktikan adanya interaksi sosial antara anak dan lingkungannya.
Jadi, dapat diartikan bahwa perkembangan sosial akan menekankan perhatiannya kepada pertumbuhan yang bersifat progresif. Seorang individu yang lebih besar tidak bersifat statis dalam pergaulannya, karena dirangsang oleh lingkungan sosial, adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan kelompok dimana ia sebagai salah satu anggota kelompoknya.
D.    Perkembangan Bahasa
Perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan. Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh dan kualitatif, misalnya perubahan cara  berpikir secara konkret menjadi abstrak.
Sedangkan yang dimaksud dengan bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh seorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain.  Bahasa merupakan alat bergaul. Oleh karena itu penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seorang individu memerlukan berkomunikasi dengan orang lain. Sejak seorang bayi mulai berkomunikasi dengan orang lain, sejak itu pula bahasa  diperlukan. Sejalan dengan perkembangan hubungan sosial, maka perkembangan bahasa seorang dimulai dengan meraba (suara atau bunyi tanpa arti) dan diikuti dengan bahasa atau suku kata, dua suku kata, menyusun kalimat sederhana dan seterusnya melakukan sosialisasi dengan menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan tingkat perilaku sosial.
Bahasa juga merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, di mana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau symbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan, dan mimik muka. Bahasa merupakan faktor hakiki yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan pikir individu. Perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasanya yaitu kemampuan membentuk pengertian, menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan.
Dan kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity. Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.
Remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa. Remaja juga terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.
Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai. Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak.

2.      Karakteristik Perkembangan Bahasa  Remaja
Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang ia telah banyak belajar dari lingkungan, dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk dari kondisi lingkungan. Lingkungan remaja mencakup lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya pergaulan teman sebaya, dan lingkungan sekolah. Pola bahasa yang dimiliki adalah bahasa yang berkembang di dalam keluarga atau bahasa  itu.
Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal. Hal ini berarti pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku bahasa. Bersamaan dengan kehidupannya di dalam masyarakat luas,
 anak (remaja) mengkutip proses belajar disekolah. Sebagaimana diketahui, dilembaga pendidikan diberikan rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-kaedah yang benar. Proses pendidikan bukan memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan semata, tetapi juga secara berencana merekayasa perkembangan sistem budaya, termasuk perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan di dalam masyarakat (teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya. Dari kelompok itu berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok yang bentuknya amat khusus, seperti istilah baceman dikalangan pelajar yang dimaksudkan adalah bocoran soal ulangan atau tes. Bahasa prokem terutama secara khusus untuk kepentingan khusus pula.
Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga  masyarakat, dan sekolah dalam perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara anak yang satu dengan yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh pilihan dan penggunaan kosakata  sesuai dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari masyarakat lapisan pendidikan rendah atau buta huruf, akan banyak menggunakan bahasa pasar, bahasa sembarangan, dengan istilah-istilah yang kasar. Masyarakat terdidik  yang pada umumnya memiliki status sosial lebih baik, menggunakan istilah-istilah lebih selektif dan umumnya anak-anak remajanya juga berbahasa lebih baik.
Ragam bahasa remaja memiliki ciri khusus, singkat, lincah dan kreatif. Kata-kata yang digunakan cenderung pendek, sementara kata yang agak panjang akan diperpendek melalui proses morfologi atau menggantinya dengan kata yang lebih pendek seperti ‘permainan diganti dengan mainan, pekerjaan diganti dengan kerjaan.
Kalimat-kalimat yang digunakan kebanyakan berstruktur kalimat tunggal. Bentuk-bentuk elip juga banyak digunakan untuk membuat susunan kalimat menjadi lebih pendek sehingga seringkali dijumpai kalimat-kalimat yang tidak lengkap. Dengan menggunakan struktur yang pendek, pengungkapan makna menjadi lebih cepat yang sering membuat pendengar yang bukan penutur asli bahasa Indonesia mengalami kesulitan untuk memahaminya. Kita bisa mendengar bagaimana bahasa remaja ini dibuat begitu singkat tetapi sangat komunikatif.
Karakteristik perkembangan bahasa remaja sesungguhnya didukung oleh perkembangan kognitif yang menurut Jean Piaget telah mencapai tahap operasional formal. Sejalan dengan perkembangan kognitifnya, remaja mulai mampu mrngaplikasikan prinsip-prinsip berpikir formal atau berpikir ilmiah secara baik pada setiap situasi dan telah mengalami peningkatan kemampuan dalam menyusun pola hubungan secara komperhensif, membandingkan secara kritis antara fakta dan asumsi dengan mengurangi penggunaan symbol-simbol dan terminologi konkret dalam mengomunikasikannya.
Sejalan perkembangan psikis remaja yang berada pada fase pencarian jati diri, ada tahapan kemampuan berbahasa pada remaja yang berbeda dari tahap-tahap sebelum atau sesudahnya yang kadang-kadang menyimpang dari norma umum seperti munculnya istilah-istilah khusus di kalangan remaja. Karakteristik psikologis khas remaja seringkali mendorong remaja membangun dan memiliki bahasa relatif berbeda dan bahkan khas untuk kalangan remaja sendiri, sampai-sampai tidak jarang orang di luar kalangan remaja kesulitan memahaminya. Dalam perkembangan masyarakat modern sekarang ini, di kota-kota besar bahkan berkembang pesat bahasa khas remaja yang sering dikenal dengan bahasa gaul. Bahkan karena pesatnya perkembangan bahasa gaul ini dan untuk membantu kalangan diuluat remaja memahami bahasa mereka, Debby Sahertian (2000) telah menyusun dan menertibkan sebuah kamus khas remaja yang disebut dengan “Kamus Bahasa Gaul”. Dalam kamus itu tertera sekian ribu bahasa gaul yang menjadi bahasa khas remaja yang jika kita pelajari sangat berbeda dengan bahasa pada umumnya. Kalangan remaja justru sangat akrab dan sangat memahami bahasa gaul serta merasa lebih aman jika berkomunikasi dengan sesama remaja menggunakan bahasa gaul.

3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa
Berbahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh karena itu perkembangannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a)      Umur anak
Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya, bertambahnya pengalaman, dan meningkatkan kebutuhan. Bahasa seseorang akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya. Faktor fisik ikut mempengaruhi sehubungan semakin sempurnanya pertumbuhan organ bicara, kerja otot-otot untuk melakukan gerakan-gerakan dan isyarat. Pada masa remaja perkembangan biologis yang menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat kesempurnaan, dengan dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual, anak akan mampu menunjukkan cara berkomunikasi dengan baik.
b)      Kondisi lingkungan
Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil untuk cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa dilingkungan perkotaan akan berbeda dengan dilingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai, pegunungan dan daerah-daerah terpencil menunjukkan perbedaan.
Pada dasarnya bahasa  dipelajari dari lingkungan. Lingkungan yang dimaksud termasuk lingkungan pergaulan dalam kelompok, seperti kelompok bermain, kelompok kerja, dan kelompok sosial lainnya.

c)      Kecerdasan anak
Untuk meniru bunyi atau suara, gerakan dan mengenal tanda-tanda, memerlukan kemampuan motorik yang baik. Kemampuan intelektual atau tingkat berpikir. Ketepatan meniru, memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan menyusun kalimat dengan baik dan memahami atau menangkap maksud suatu pernyataan fisik lain, amat dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang anak.
d)     Status sosial ekonomi keluarga
Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan bahasa anak-anak dengan  anggota keluarganya. Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal ini akan tampak perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga terdidik dan tidak terdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga berpengaruh terhadap perkembangan bahasa.
e)      Kondisi fisik
Kondisi fisik di sini kesehatan anak. Seseorang yang cacat yang terganggu kemampuannya  untuk berkomunikasi, seperti bisu, tuli, gagap, dan organ suara tidak sempurna akan mengganggu perkembangan alam berbahasa.

4.      Pengaruh Kemampuan Berbahasa Terhadap Kemampuan Berpikir
Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif yang berarti faktor intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Bayi yang tingkat intelektualnya belum berkembang dan masih sangat sederhana, bahasa yang digunakannya juga sangat sederhana. Semakin bayi itu tumbuh dan berkembang serta mulai mampu memahami lingkungan, maka bahasa mulai berkembang dari tingkat yang sangat sederhana menuju ke bahasa yang kompleks.
Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa pada dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan. Anak (bayi) belajar bahasa seperti halnya belajar hal yang lain, meniru dan mengulang hasil yang telah didapatkan merupakan cara  belajar bahasa awal. Bayi belajar menambah kata-kata dengan meniru bunyi-bunyi yang didengarnya. Manusia dewasa (terutama ibunya) disekelilingnya membetulkan dan memperjelas. Belajar bahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak berusia enam sampai tujuh tahun, disaat anak mulai bersekolah. Jadi  perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat. Mampu dan menguasai alat komunikasi di sini diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat memahami dan dipahami orang lain.
Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling mempengaruhi satu sama lain. Bahwa kemampuan berpikir berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan sebaliknya kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap kemampuan berpikir. Seseorang rendah kemampuan berpikirnya, akan mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik, logis dan sistematis. Hal ini akan berakibat sulitnya berkomunikasi.
Bersosialisasi berarti melakukan konteks dengan yang lain. seseorang menyampaikan ide dan gagasannya dengan berbahasa dan menangkap ide dan gagasan orang lain melalui bahasa. Menyampaikan dan mengambil makna ide dan gagasan itu merupakan proses berpikir yang abstrak. Ketidaktepatan menangkap arti bahasa akan berakibat ketidaktepatan dan kekaburan  persepsi yang diperolehnya. Akibat lebih lanjut adalah bahwa hasil proses berpikir menjadi tidak tepat benar. Ketidaktepatan hasil pemprosesan pikir ini diakibatkan kekurangmampuan dalam bahasa.

5.         Perbedaan Individual dalam Kemampuan dan Perkembangan Bahasa
Menurut Chomsky (Woolfolk, dkk. 1984) anak dilahirkan ke dunia telah memiliki kapasitas berbahasa. Akan tetapi seperti dalam bidang yang lain, faktor lingkungan akan mengambil peranan yang cukup menonjol, mempengaruhi perkembangan bahasa anak tersebut. Mereka belajar  makna kata dan bahasa sesuai dengan apa yang mereka dengar, lihat dan mereka hayati dalam hidupnya sehari-hari. Perkembangan bahasa anak terbentuk oleh lingkungan yang berbeda-beda.
Berpikir dan berbahasa  mempunyai korelasi tinggi; anak dengan IQ tinggi akan berkemampuan  bahasa yang tinggi. Sebaran nilai IQ menggambarkan adanya perbedaan individual anak, dan dengan demikian kemampuan mereka dalam bahasa juga bervariasi sesuai dengan varasi kemampuan mereka berpikir.
Bahasa berkembang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena kekayaan lingkungan akan merupakan pendukung bagi perkembangan peristilahan yang sebagian besar dicapai dengan proses meniru. Dengan demikian remaja yang berasal dari lingkungan  yang berbeda juga akan berbeda-beda pula kemampuan dan perkembangan bahasanya.

6.         Upaya pengembangan kemampuan bahasa remaja dan implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan
Kelas atau kelompok belajar terdiri dari siswa yang bervariasi bahasanya, baik kemampuannya maupun polanya. Menghadapi hal ini guru harus mengembangkan strategi belajar-mengajar bidang bahasa dengan memfokuskan pada potensi dan kemampuan anak.
Pertama, anak perlu melakukan pengulangan (menceritakan kembali) pelajaran yang telah diberikan dengan kata dan bahasa yang disusun oleh murid-murid sendiri. Dengan cara ini senantiasa guru dapat melakukan identifikasi tentang pola dan tingkat kemampuan bahasa murid-muridnya.
Kedua, berdasar hasil identifikasi itu guru melakukan pengembangan bahasa murid dengan menambahkan perbendaharaan bahasa  lingkungan yang telah dipilih secara tepat dan benar oleh guru. Cerita murid tentang isi pelajaran yang telah dipercaya itu diperluas untuk langkah-langkah selanjutnya, sehingga para murid mampu menyusun cerita lebih komprehensif tentang isi bacaan yang telah dipelajari dengan menggunakan pola bahasa mereka sendiri.
Perkembangan bahasa yang menggunakan model pengekspresian secara mandiri, baik lisan maupun tertulis, dengan mendasarkan pada bahan bacaan akan lebih mengembangkan kemampuan bahasa anak membentuk pola bahasa masing-masing. Dalam penggunaan model ini guru harus banyak memberikan rangsangan dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas. Dalam pada itu sarana perkembangan bahasa seperti buku-buku, surat kabar, majalah, dan lain-lainnya hendaknya disediakan di sekolah maupun dirumah.

E.        Perkembangan Afektif
Afektif mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh setiap peserta didik, yang juga perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran. Pemahaman guru tentang perkembangan afektif siswa sangat penting untuk keberhasilan belajarnya. Asfek afektif tersebut dapat terlihat selama proses pembelajaran, terutama ketika siswa bekerja berkelompok.
Pengertian Emosi
Rasa dan perasaan merupakan salah satu potensi yang khusus dimiliki oleh manusia. Emosi merupakan gejala perasaan disertai dengan perubahan atau perilaku fisik seperti marah yang ditunjukan dengan teriakan suara keras atau tingkah laku yang lain (Sitti Hartina: 2008).
Emosi adalah perasaan-perasaan yang menjadi lebih mendalam, lebih luas dan lebih terarah (Sarlito, 1982:59). Berbagai macam emosi contohnya: gambira, cinta, marah, takut, cemas dan benci.
Pengertian lain dari emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. Pada saat terjadi emosi seringkali terjadi perubahan-perubahan pada fisik antara lain berupa:
·         Reaksi elektris pada kulit meningkat apabila terpesona.
·         Peredaran darah menjadi bertambah cepat apabila sedang marah.
·         Denyut jantung bertambah cepat apabila merasa terkejut.
·         Bernapas panjang dan kaku apabila merasa kecewa.
·         Pupil mata membesar apabila sedang marah.
·         Liur mengering kaku saat merasa takut dan tegang.
·         Bulu roma berdiri kaku saat merasa takut.
·         Mengalami gangguan pencernaan atau diare saat merasa tegang.
·         Otot akan menegang atau bergetar (tremora) apabila dalam kondisi tegang atau ketakutan.
·         Komposisi darah akan ikut berubah karena emosional yang menyebabkan kelenjar-kelenjar lebih aktif
2. Karakteristik Perkembangan Emosi
a.         Cinta atau kasih sayang
Faktor penting dalam kehidupan remaja adalah kafasitasnya untuk mencintai orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang lain. Seorang remaja akan mengalami “jatuh cinta” didalam masa kehidupannya setelah mencapai belasan tahun (Garrison, 1956:483). Para remaja yang berontak secara terang-terangan dan nakal besar kemungkinan disebabkan oleh kurangnya rasa cinta dan dicintai yang tidak disadari.


b.         Gembira
Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya berjalan dengan baik dan para remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai sahabat atau diterima cintanya.
c.         Kemarahan dan permusuh
Dimana kita ketahui bahwa dicintai dan mencintai adalah gejala emosi bagi perkembangan pribadi yang sehat. Rasa marah juga penting dalam kehidupan, karena melalui rasa marahnya seseorang tuntutannya sendiri dan pemilikan minat-minatnya sendiri. Dalam upaya memahami remaja ada empat faktor yang sangat penting sehubungan dengan rasa marah:
1.      Adanya kenyataan bahwa perasaan marah berhubungan dengan usaha manusia untuk memiliki dirinya dan menjadi dirinya sendiri.
2.      Pertimbangan penting lainnya ialah ketika individu mencapai masa remaja, dia tidak hanya merupakan subjek kemarahan yang berkembang dan kemudian menjadi surut tapi juga mempunyai sikap-sikap dimana ada sisa kemarahan masa lalu.
3.      Seringkali perasaan marah segaja disembunyikan dan seringkali samar-samar.
4.      Kemarahan mungkin berbalik pada dirinya sendiri.
d.  Ketakutan dan kecemasan
Menjelang anak mencapai masa remaja, dia telah mengalami serangkaian perkembangan panjang yang mempengaruhi pasang surut berkenaan dengan rasa ketakutannya. Biehler membagi ciri-ciri emosional remaja menjadi dua rentang usia:
1.  Remaja rentang usia 12-15
Pada masa ini terjadi perubahan jasmani yang sangat cepat, yaitu dengan mulai tumbuhnya ciri-ciri keremajaan yang terkait dengan matangnya organ-organ seks. Perumbuhan fisik yang terkait dengan seksual ini mengakibatkan terjadinya kegoncangan emosi, kecemasan, dan kekawatiran pada diri remaja. Bahkan kondisi ini dapat mempengaruhi kesadaran beragamanya, apalagi jika remaja kurang mendapatkan pengalaman atau pendidikan agama sebelumnya. Remaja cenderungskeptis (acuh tak acuh dan cuek) sehingga malas dan enggan melakukan berbagai ritual keagamaan, seperti sholat.
Ciri-ciri emosional remaja pada usia 12-15 tahun (Biehlier:1972):
·         Pada usia ini seorang siswa atau anak lebih banyak murung dan tidak dapat diterka.
·         Siswa mungkin bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri
·         Ledakan-ledakan kemarahan bisa terjadi.
·         Seorang remaja cenderung tidak toleran terhadap orang lain.
·         Siswa-siswa mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara objektif dan mungkin marah apabila mereka ditipu dengan gaya guru yang bersikap serba tahu (maha tahu).
·         2.  Remaja rentang usia 15-18
Ciri-ciri  emosional remaja pada usia 15-18 tahun:
·         rontakan remaja merupakan pernyataan-pernyataan atau ekspresi perubahan yang universal dari masa kanak-kanak ke dewasa.
·         Karena bertambahnya kebebasan mereka, banyak remaja yang mengalami konflik dengan orang tua mereka.
·         Siswa pada usia ini sering melamun, memikirkan masa depan mereka.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
Pada dasarnya, pola perkembangan emosi remaja sama dengan pola emosi masa kanak-kanak, hanya saja penyebab muncul dan memuncaknya emosi yang berbeda. Pada masa anak-anak, ledakan lebih banyak disebabkan olen hal-hal yang bersifat materil kongkret, sedangkan pada masa remaja penyebabnya bersifat abstrak, misalnya menjadi marah jika dikatakan sebagai kanak-kanak, merasa diperlakukan tidak adil atau ditolak cintanya. Pelampiasan emosi pada remaja tidak lagi dalam bentuk yang meledak-ledak dan tidak terkendali seperti menangis keras atau bergulung-gulung, tetapi lebih terlihat dalam gerakan tubuh yang ekspresif, tidak mau bicara atau melakukan kritik terhadap objek penyebab. Perilaku semacam ini disebabkan oleh mulai adanya pengendalian emosi yang dilakukan remaja dan biasanya  tercapai kematangan emosional pada akhir masa remaja (Sitti Hartina:2008).
Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock, 1960:266).
Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain:
1. Belajar dengan coba-coba

 Anak belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya, dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan.
2. Belajar dengan cara meniru
Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati.
3. Belajar dengan dengan cara mempersamakan diri
Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati.
4. Belajar melalui pengkondisian.
5. Pelatihan atau belajar dibawah bimbingan pengawasan terbatas pada asfek  reaksi.
4.  Hubungan Antara Emosi Tingkah Laku serta Pengaruh Emosi Terhadap Tingkah Laku
Rasa takut atau marah, kegembiraan yang berlebihan, kecemasan-kecemasan, dan kekuatiran-kekuatiran dapat menyebabkan menurunnya kegiatan sistem pencernaan dan kadang-kadang menyebabkan sembelit. Satu-satunya cara penyembuhan yang efektif adalah menghilangkan penyebab dari tegangan emosi tersebut. Gangguan emosi juga dapat menjadi penyebab kesulitan berbicara. Reaksi kita terhadap orang lain juga merangsang timbulnya emosi. Berbeda orang yang kita temui maka berbeda pula respon yang kita berikan, sehingga merangsang munculnya emosi yang berbeda pula.
Seorang siswa tidak senang pada gurunya bukan karena pribadi guru, tapi mungkin karena situasi belajar di kelas. Jika siswa pernah merasa malu karena gagal dalam menghafal di muka kelas, pada kesempatan berikutnya ia mungkin takut untuk berpartisifasi atau bahkan memilih untuk bolos.
Reaksi setiap pelajar tidak sama, maka rangsangan yang diberikan juga harus berbeda sesuai dengan kondisi anak. Rangsangan yang diberikan juga akan menghasilkan perasaan yang akan berpengaruh terhadap hasil belajar.

5. Perbedaan Individu dalam Perkembangan Emosi
Meningkatnya usia anak maka emosi juga diekspresikan dengan cara yang lebih lunak karena mulai adanya pengendalian emosi yang dilakukan.
Ekpresi emosional yang muncul juga berbeda-beda, ada yang cenderung mengekang atau menyembunyikan emosinya dan ada pula yang mengekspresikannya secara terbuka. Perbedaan ini bisa disebabkan oleh faktor fisik, taraf kemampuan intelektualnya, dan juga oleh kondisi lingkungan. Misalnya, anak yang sehat cenderung kurang emosional dibandingkan anak yang kurang sehat atau anak yang pandai beraksi lebih emosional terhadap berbagai rangsangan dibandingkan anak yang kurang pandai. Tetapi sebaliknya mereka juga pandai dalam menyembunyikan ekspresi emosi mereka.
6.         Upaya Pengembangan Emosi Remaja dan Implikasinya dalam 
Penyelenggaraan  pendidikan
Terdapat berbagai cara mengendalikan lingkungan untuk menjamin pembinaan pola emosi yang diinginkan dan menghilangkan reaksi-reaksi emosional yang tidak diinginkan sebelum berkembang menjadi kebiasaan yang tertanam kuat, diantaranya:
1.      Untuk menghadapi remaja yang cenderung banyak melamun dan sulit diterka, maka guru perlu memperlakukan siswa seperti orang dewasa yang penuh tanggung jawab.
2.      Untuk menghadapi mereka yang bertingkah laku kasar , guru dapat membantu dengan mendorong mereka untuk bersaing dengan dirinya sendiri.
3.      Apabila ada ledakan-ledakan kemarahan sebaiknya guru segera mengecilkan ledakan emosi tersebut dengan cara lemah lembut, mengubah pokok pembicaraan, dan memulai aktifitas baru.
4.      Bertambahnya kebebasan remaja maka sikap pemberontaknya akan semakin mucul, salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan meminta siswa menuliskan perasaan-perasaan negatif mereka dan guru juga harus menghargai kebebasan individual mereka.
5.      Masa remaja adalah keadaan yang membingungkan, serba sulit dan sering muncul konflik dengan orang tua sehingga siswa sering merasa bingung dan perlu menceritakan penderitaannya, karena itulah guru diminta untuk menjadi pendengar yang simpatik.
6.      Ada siswa yang hanya memiliki kecakapan terbatas tapi ”memimpikan kejayaan”, upaya yang bisa dilakukan oleh guru untuk menghadapi siswa seperti ini adalah dengan mendorongnya untuk berusaha namun tetap mengingatkan dia untuk menghadapi kenyataan-kenyataan.
7.      Kebanyakan siswa menganggap remeh suatu pekerjaan tertentu, dalam hal ini guru perlu meyakinkan siswa semua pekerjaan itu bermanfaat apabila dikerjakan dengan sungguh-sungguh, hati-hati, dan bertanggung jawab.
B.        Perkembangan nilai, Moral, dan Sikap
1. Pengertian dan Saling Keterkaitan Antara Nilai, Moral, dan Sikap serta Pengaruhnya Terhadap Tingkah Laku
Nilai-nilai kehidupan adalah norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, misalnya adat kebiasaan dan sopan santun.Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya. Moral sering dianggap sebagai prinsip dan patokan yang berhubungan dengan masalah benar dan salah dalam masyarakat tertentu, dapat pula diartikan sebagai perbuatan yang sesuai dengan norma benar salah. Dengan demikian, moral merupakan kendali dalam bertingkah laku yang membedakan antara perbuatan benar dan salah. Nilai-nilai kehidupan sebagai norma dalam masyarakat senantiasa menyangkut persoalan antara baik dan buruk, jadi berkaitan dengan moral. Sikap adalah kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tersebut atau kesediaan bereaksi individu terhadap sesuatu hal. Sikap mendasari tingkah laku seseorang.
Dengan demikian keterkaitan semuanya dapat disimpulkan bahwa,  nilai-nilai perlu dikenal terlebih dahulu, kemudian dihayati dan didorong oleh moral, baru akan terbentuk sikap tertentu terhadap nilai-nilai tersebut dan pada akhirnya terwujud tingkah laku sesuai dengan nilai yang dimaksud.


BAB III
PENUTUP

1.         SIMPULAN

A.        Perkembangan Intelektual

 Masyarakat umum mengenal intelektual sebagai istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran, ataupun untuk memecahkan problem yang dihadapi.
Intelegensi pada masa remaja tidak mudah diukur, karena tidak mudah terlihat perubahan kecepatan perkembangan kemampuan tersebut. Pada umumnya umur tiga sampai empat tahun pertama menunjukkan perkembangan kemampuan yang hebat, selanjutnya akan terjadi perkembangan yang teratur. Pada masa remaja kemampuan untuk mengatasi masalah yang majemuk bertambah.

B.        Bakat Khusus
. Bakat merupakan kemampuan bawaan,sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud.
-Bakat tidaklah diturunkan semata,tetapi merupakan interaksi dari faktor keturunan dan faktor lingkungan,artinya dibawa sejak lahir berupa potensi dan berkembang melalui proses belajar,dan memiliki ciri khusus.
-Bakat mencakup ciri-ciri lain yang dapat memberi kondisi atau suasana memungkinkan bakat tersebut terealisasi,termasuk inteligensi,kepribadian,interes,dan keterampilan khusus.”bakat adalah suatu kapasitas untuk belajar sesuatu” arti kapasitas adalah potensi kemampuan untuk berembang.
-Orang yang berbakat dalam bidang tertentu diperkirakan akan mampu mencapai prstasi tinggi dalam bidang itu.jadi prestasi sebagai perwujudan bakat dan kemampuan.

C.        Perkembangan Sosial

Pengertian perkembangan sosial adalah sebuah proses interaksi yang dibangun oleh seseorang dengan orang lain. Perkembangan sosial ini berupa jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman bermain, hingga masyarakat secara luas. Perkembangan sosial adalah proses belajar mengenal normal dan peraturan dalam sebuah komunitas. Manusia akan selalu hidup dalam kelompok, sehingga perkembangan sosial adalah mutlak bagi setiap orang untuk di pelajari, beradaptasi dan menyesuaikan diri.

D.        Perkembangan Bahasa

Perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan. Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh dan kualitatif, misalnya perubahan cara  berpikir secara konkret menjadi abstrak.
Sedangkan yang dimaksud dengan bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh seorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain.  Bahasa merupakan alat bergaul. Oleh karena itu penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seorang individu memerlukan berkomunikasi dengan orang lain.

E.        Perkembangan Efektif

Afektif mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh setiap peserta didik, yang juga perlu mendapatkan perhatian dalam pembelajaran. Pemahaman guru tentang perkembangan afektif siswa sangat penting untuk keberhasilan belajarnya. Asfek afektif tersebut dapat terlihat selama proses pembelajaran, terutama ketika siswa bekerja berkelompok.
2.         SARAN

Untuk meningkatkan bakat Intelektual, dan bakat khusus, serta perkembangan sosial,perkembangan bahasa, dan afektif sebaiknya kita memberikan asupan nilai-nilai kehidupan dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, misalnya adat kebiasaan dan sopan santun. Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya. Moral sering dianggap sebagai prinsip dan patokan yang berhubungan dengan masalah benar dan salah dalam masyarakat tertentu,di sini juga diharapkan agar dapat menyesuaikan dengan kehidupan lingkungan yang semakin meraja lela di kalangan masyarakat serta dibutuhkan dukungan dan dorongan penuh dari keluarga agar semua dapat terlaksana dengan baik dan sesuai yang diharapkan.



DAFTAR PUSTAKA